Rabu, 04 Desember 2013

MOTIVASI KARYAWAN



Di Sususn Oleh: 
Kholifatus saadah
Mahasiswa KPI (UNISNU) Jepara

MOTIVASI KARYAWAN
Ada empat tipe perilaku karyawan di kantor. Masing-masing tipe ternyata menentukan prestasi, mengapa? Karena perilaku sangat berkaitan dengan produktivitas dan hasil kerja, termasuk dengan hubungan dengan sekitar kita. Perilaku ini juga berpengaruh terhadap penilaian atasan kepada kita
.
1.      Job Lover: “Tugas baru, tantangan baru. Pekerjaan yang menarik!”
Cirinya: mengerti seluk beluk sejarah perkembangan perusahaan dengan baik, tidak sungkan melewatkan makan siang atau waktu rehat dengan asik bekerja, punya banyak teman seprofesi di perusahaan lain, serta rela memanfaatkan waktu luang untuk belajar dan menambah keahlian di bidangnya. Karyawan dengan tipe seperti ini sangat mencintai pekerjaannya, selalu menempatkan pekerjaan sebagai tantangan yang mengasyikan walaupun itu menyita banyak waktu.
Hebatnya, karyawan seperti ini jarang sekali mengeluh tentang pekerjaannya. Mereka cenderung perfeksionis karena belum merasa puas kalau pekerjaan mereka belum sempurna, dan akan terus berusaha hingga mereka anggap itu sempurna. Mereka juga tidak sungkan untuk menawarkan diri membantu karyawan yang lain. Namun hati-hati ya, work hard tanpa play hard tidak baik. Jika tingkat stres semakin meninggi, bisa jadi tubuh ikut merugi.
2.      Job Doer: “Baik, akan saya kerjakan tugasnya”
Cirinya: Bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan, suka atau tidak. Mengerjakan pekerjaan sampai tuntas dan selesai karena merasa itulah tugasnya sebagai karyawan. Namun, jika pekerjaan mereka telah selesai, mereka lebih memilih untuk bersenang-senang dibandingkan berurusan dengan pekerjaan, sampai diberi tugas selanjutnya. Karyawan dengan tipe seperti ini juga jarang terlihat mengeluh karena menurut mereka itu bukan porsinya. Bagi mereka, intinya jika tugas sudah diberikan, dikerjakan dengan baik, dan harus selesai dengan baik pula.
Baiknya karena mereka bisa menyeimbangkan antara waktu bekerja dengan waktu untuk bersenang-senang. Namun sayangnya karyawan dengan tipe seperti ini kurang mempunyai inisiatif untuk bertanya apakah mereka bisa mengerjakan sesuatu yang lain, karena mereka menganggap semua karyawan sudah diberikan pekerjaan sesuai dengan porsi atau bagiannya masing-masing. Tapi bukan berarti ketika dimintai bantuan mereka tidak mau menolong, justru mereka selalu siap dan bisa diandalkan.
3.      Job Hater: “Duh, kenapa tugas saya banyak sekali sih?”
Cirinya: Diberi tugas A, mengeluh. Diberi tugas B, mengeluh. Sepertinya diberi tugas apapun akan dikerjakan dengan diwarnai keluhan ini dan itu. Rajin dalam urusan komplain dan mengkritik perusahaan atau tugasnya. Walapun mungkin mereka tidak menunjukkan secara langsung di depan atasan. Karena terkadang yang menjadi sasarannya adalah rekan kerja di samping kanan dan kirinya, serta si keyboard komputer. Hal ini bisa disebabkan karena pada dasarnya mereka kurang menyukai bidang pekerjaan mereka. Walapun pada akhirnya mereka menyelesaikan tugas yang diberikan hingga selesai.
Sikap profesional sangatlah penting. Sebagai karyawan, sudah menjadi kewajiban untuk mengerjaan tugas yang diberikan dengan baik dan semaksimal mungkin. Mencintai pekerjaan sangat perlu, namun bila tidak kunjung cinta terhadap pekerjaan, mengapa tidak mencari yang lebih baik dan sesuai minat dan bakat? Pekerjaan akan terasa lebih ringan bila dikerjakan dengan hati senang. Daripada menularkan energi negatif, lebih baik pancarkan energi positif.
4.      Job What? “Saya tidak tahu harus bagaimana caranya menyelesaikan tugas ini!”
Cirinya? Ketika diberikan pekerjaan, yang terlintas di pikiran adalah “Apa yang harus saya lakukan?”. Jangankan untuk mengeluh, menentukan dari mana harus memulai pekerjaan saja bingung. Jangankan untuk mengerjakan hingga tuntas, pekerjaan yang diberikan mungkin tidak pernah mereka kenal sebelumnya.
Kok bisa ya? Perasaan terjebak atau tidak sengaja terjerumus dalam sebuah bidang pekerjaan bisa disebabkan karena mereka terpaksa menerima pekerjaan karena ketika itu hanya bidang pekerjaan ini yang memberikan kesempatan. Tidak ada salahnya untuk mengambil kesempatan, asalkan giat untuk mencari tahu dan belajar dari nol. Mereka dapat belajar dari kesalahan dan pengalaman orang lain, walau membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Orang sukses dan hebat justru harus memulai dari nol, bukan dengan cara yang instan, kan?
B.     Teori-teori motivasi
Ada beberapa teori terkait dengan motivasi diantaranya:
1.      Teori motivasi hirarki kebutuhan Abraham Maslow
Dalam teori ini Malsow berpendapat bahwa hirarki kebutuhan manusia dapat dipakai untuk melukisksn dan meramalkan motivasinya. Hal ini didasarkan pada dua asumsi. Pertama, kebutuhan sesorang tergantung dari apa yang dipunyainya. Kedua, kebutuhan merupakan hirarki dilaiht dari pentingnya. Menurut maslow ada 5 kategori kebutuhan manusia yaitu, psikologis, keamanan, afiliasi (sosial), penghargaan dan perwujudan diri.
2.      Teori motivasi Hawthorne
Dalam teori ini dikatakan  mengenai suatu hal yang sangat berarti dan penting yaitu bahwa untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, perlu adanya factor human relation. Dalam hal ini soerang wirausaha atau pimpinan harus memberikan perhatian khusus secara pribadi dan juga kelompoknya kepada karyawan agar mereka bersemangat dalam rangka meningkatkan produktivitasnya, seperti memberikan pujian spontan atau tepuk bahunya sebagai isyarat kebanggaan dan lai-lain. Oleh sebab itu seorang wirausaha dituntut untuk pandai dalam mendekati dan memperhatikan pekerjaan karyawan.
3.      Teori prestasi (Achievement) dari Mc Clelland
Dalam teori ini dikatakan bahwa motivasi seseorang ditentukan oleh tiga kebutuhan:
a.       Kebutuhan akan kekuasaaan (need of power)
b.      Kebutuhan akan afiliasi (need of affiliation)
c.       Kebutuhan akan keberhasilan (need of achievement)
Teori ini berusaha menjelaskan tingkah laku yang berorientasi pada prestasi, yang didefinisikan sebagai tingkah laku yang diarahkan terhadap tercapainya standart of excellent  menurut teori ini , seseorang yang mempunyai kebutuhan keberhasilan yang tinggi, mereka selalu mempunyai pola piker tertentu. Ketika ia merencanakan sesuatu, maka akan dipertimbangkan terlebih dahulu, baik kendala ataupun konsekuensi yang akan diterima natinya. Selain itu mereka juga bersedia untuk memikul tanggung jawab dan mengambil resiko demi tercapainya kepuasan yang diharapkan.
4.      Teori Hyegiene dari Frederick Herzberg
Dalam teori ini disebutkan da dua kategori yang berlainan yang mempengaruhi prilaku. Pertama, jika orang merasa tidak  puas dengan pekarjaanya, maka mereka akan memperhatikan linkungan sekitar tempat pekerjaanya (hygiene / factor lingkungan yang mempengaruhi ketidakpuasan pekerjaan). Factor ini meliputi: administrasi dan kebijaksanaan, supervise, kondisi kerja, hubungan interpersonal dan status. Kedua, bila meraka senang dengan pekerjaanya, maka ia akan memperhatikan pekerjaanya (motivator yang memotivasi orang untuk bekerja). Factor ini meliputi: prestasi, penghargaan atas pekerjaan, tantangan pekerjaan, bertambah tanggung jawab dan ada kemungkinan meningkat lebih maju[1].
5.      Teori Pengharapan
Menganjurkan bahwa usaha seseorang karyawan dipengaruhi oleh hasil yang diharapkan atas usaha tersebut.
6.      Teori Ekuitas/Keadilan
Menganjurkan bahwa kompensasi haruslah adil, atau sesuai dengan proporsi kontribusi setiap karyawan.
C.     Strategi Meningkatkan Kepuasan Kerja
a.       Program kompensasi yang layak :
·         Kompensasi yang sesuai dengan kinerja: Sistem ini akan mengalokasikan kenaikan kompensasi sesuai dengan kinerja.
 Contoh : perusahaan memutuskan kenaikan gaji karyawan sebesar 5%, tetapi kinerja karyawan yang buruk akan menerima 0%, sementara kinerja karyawan yang tinggi menerima 10%.
b.      Keamanan pekerjaan
·         Karyawan yang yakin akan kelangsungan kerjanya lebih termotivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
·         Perusahaan dapat memberikan pelatihan pada karyawan untuk         menangani berbagai tugas, sehingga mereka dapat diberikan tugas lain, jika tugas yang rutin tidak lagi dibutuhkan.
c.       Jadwal kerja  yang fleksibel
·         Program Flextime: Merupakan program yang mengizinkan pengaturan jadwal kerja yang lebih fleksibel.
Contoh : -   Pemanfaatan kerja mingguan: Program ini memanfaatkan beban kerja menjadi lebih sedikit hari kerja per minggu.
-            Berbagi pekerjaan: Dengan berbagi pekerjaan maka dua atau lebih karyawan akan berbagi jadwal kerja tertentu.
d.      Program keterlibatan karyawan
·         Perluasan pekerjaan: Program untuk mengembangkan (memperluas) pekerjaan yang diberikan kepada karyawannya.
·         Rotasi pekerjaan: Program yang memperbolehkan satu unit karyawan untuk secara             periodik berganti-ganti pekerjaannya.
Contoh : Kelompok 1 karyawan operasional yang terlibat dalam 5 jenis       tugas yang berbeda, maka setiap karyawan dalam kelompok dapat         berfokus pada satu tugas perminggu dan selanjutnya berganti ke          pekerjaan yang lain.
·           Pemberian wewenang; Memberikan wewenang kepada karyawan untuk ikut mengambil keputusan
·           Manajemen partisipasi: Karyawan diperbolehkan untuk memberikan saran, tetapi pemimpin yang tetap memutuskan.
·           Kelompok kerja: Kelompok karyawan yang terdiri dari berbagai posisi pekerjaan, memiliki           tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
·           Manajemen terbuka: Bentuk lain dari keterlibatan karyawan yang memberikan karyawan kesempatan berkontribusi kepada perusahaan dan mengajarkan mereka untuk menilai kinerja mereka sendiri secara periodik.



[1] Ibid, Hlm 93

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar