PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah dan Bantahan Terhadap
Orang-Orang Kafir
أَوَلَمْ يَرَ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al Anbiya
: 30)
1. Penafsiran ma’na Al-Muskylat
a.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ, Hamzah pada
lafadz أَوَلَمْ menunjukan lil inkari artinya
pertanyaan yang bermakna pengingkaran atau bantahan. و –nya diathofkan kepada ayat sebelumnya. Sedangkan maksud ar ru’yah adalah ma’na yang mendalam yang berarti : Hai orang-orang kafir! Apakah kalian tidak berfikir dan
pertanyaan yang bermakna pengingkaran atau bantahan. و –nya diathofkan kepada ayat sebelumnya. Sedangkan maksud ar ru’yah adalah ma’na yang mendalam yang berarti : Hai orang-orang kafir! Apakah kalian tidak berfikir dan
tidak mengetahui...?
b.
كَانَتَا رَتْقًا,
Imam Al Akhfasy berkata : Lafadz كَانَتَا menunjukan penggabungan
langit dan bumi sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir : 41
langit dan bumi sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir : 41
إِنَّ اللَّهَ
يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا
مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menahan langit
dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada
seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “.
c.
فَفَتَقْنَاهُمَا
, ya’ni terpisah suatu bagian dari bagian yang lain, lalu kami tinggikan langit
dan menetapkan Bumi pada tempatnya.
d.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, ya’ni kita hidup dengan air yang Allah
turunkan dari langit untuk menghidupkan segala sesuatu, termasuk hewan dan
tumbuhan. Ma’nanya adalah air itu merupakan unsure penyebab hidupnya makhluk
hidup. Dikatakan : yang dimaksud air adalah air mani. Mayoritas ahli tafsir
berpendapat : “ Ini adalah hujjah bagi kaum musyrikin terhadap kekuasaan Allah
dan keluasan ciptaan-Nya “.
e.
أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, untuk mengingkari mereka, karena mereka tidak beriman. Padahal
telah ada ketetapan dari tanda-tanda tuhan mereka.
2.
Penafsiran ma’na
Ijmaly
a.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Pada ayat ini Allah SWT menegaskan tentang kekuasaannya yang
sempurna dan Maha Agung atas seluruh makhluknya. Allah menciptakan langit dan
Bumi beserta segala isinya adalah dalil akan keberadaan wujudnya. Ia menyatakan
pertanyaan yang berma’na pengingkaran sebagai bantahan kepada siapa saja yang
tidak mengakui eksistensi dirinya. Nalar orang-orang kafir di gugah oleh ayat
di atas dengan menyatakan : Dan apakah orang-orang kafir belum juga
menyadari apa yang telah Kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak
melihat , yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan
mata bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan keduanya.
b.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا
يُؤْمِنُونَ, Dan Kami jadikan
dari air yang tercurah dari langit, yang terdapat di dalam bumi dan yang
terpancar dalam bentuk sperma segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka
buta sehingga mereka tidak juga beriman tentang keesaan dan kekuasaan
Allah SWT? Atau belum juga percaya bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang
terdapat di langit dan di bumi yang wajar dipertuhankan?[1]
Ada bebrapa
pemahaman yang berbeda pada ayat ini dalam kacamata para ulama. Ada yang
memahami bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang terpadu.
Hujan tidak turun dan bumipun tidak ditumbuhi oleh pepohonan; kemudian Allah
membelah langit dan bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan
menumbuhkan tumbuh tumbuhan di bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa langit dan
bumi merupakan suatu yang utuh tidak terpisah, sehingga kemudian Allah
pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan mendiamkan bumi tetap dibawah
lalu dipisahkan keduanya dengan udara. Dan terkait masalah Allah menjadikan
segala sesuatu yang hidup dari air pandangan ulama: mengatakan segala yang
hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan
air.
Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan
telah menjadi perdebatan panjang yang bermuara pada adanya perdebadan interpretasi
etimologis terhadap terma-terma yang digunakan oleh al-Quran. Misalnya, apakah
penciptaan alam semesta didahului oleh adanya ruang dan waktu ataukah tidak.
karena ini berimplikasi kepada premis tentang keazalian dan keabadian alam
semesta.
Ibnu Rusyd misalnya, memandang realitas itu ada tiga macam. Pertama
realitas yang adanya dari tiada dan tidak disebabkan oleh apaapun atau tidak
didahului oleh ruang dan waktu. Realitas ini disebut dengan realitas azali yang
dalam istilah agama disimbulkan sebagai tuhan (Allah) yang transenden dalam
semua aspeknya. Kedua, realitas yang adanya dari sesuatu (misalnya bahan
materi) karena sebab tertentu, serta didahului oleh ruang dan waktu. Realitas
ini adalah semua benda yang ada di alam semesta ini, termasuk empat elemen bumi
yakni, air, api, tanah dan udara (al-ustuqsat al-arba’ah). Ketiga, realitas
yang adanya dari tiada namun adanya karena sebab dan tidak didahului oleh ruang
dan waktu. Realitas ini adalah alam sebagai bahan terciptanya benda-benda
didalamya. Karena adanya tidak didahului oleh ruang dan waktu, maka ia azali
dan abadi seperti yang menyebabkan adanya. Hanya realitas ini dibawah tingkatan
realitas pertama sebagai sebab pertama, yakni Allah yang maha tinggi.[2]
B.
Asal Usul Alam Semesta Dalam Pandangan Ilmuan
Dalam ayat yang telah disebutkan di atas juga dipahami
oleh sebagian ilmuwan sebagai salah satu mukjizat al-Qur’an yang mengungkap
peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh
para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan
bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan dalam surat
al-Anbiya’ ayat 30 dengan istilah ratqan, lalu gumpalan itu terpisah
sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Demikian juga dengan
penelusuran terhadap beberapa kitab-kitab tafsir, para mufassir juga
menghubungkan ayat-ayat tersebut dengan peristiwa penciptaan alam meskipun
penjelasannya kurang begitu memadai. Untuk lebih memperjelas tentang proses
penciptaan alam ada baiknya merujuk pada teori-teori atau penemuan-penemuan
ilmuwan pada abad modern (abad XX). Adapun teori-teori tersebut adalah:
1.
Teori Kabut
Teori ini disebut istilah Nibualar teori
yang bertitik tolak dari adanya suatu kumpulan kabut yang berputar
perlahan-lahan, bagian kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi kumpulan gas
yang kemudian menjadi struktur alam semesta ini.
Ferre Simon De Lap Lace, mengatakan bahwa alam
semesta berasal dari kabut panas berpilin, karena pilinannya itu gumpalan kabut
membentuk bentulan bulat seperti bola yang besar dimana makain kecil bola itu
makin cepat pilinannya akibatnya bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan
melebar pada bagian equatornya, bahkan kemudian sebagian masa gas di equatornya
itu menjauhi dari gumpalan Intinya sehingga membentuk struktur alam semesta[3].
2.
Teori
Pasang Surut
Jeans dan
Jeffri melukiskan bahwa terjadinya alam semesta merupakan masa matahari yang
lepas membentuk bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang akibatnya bintang
makin menjauhi masa, masa tersebut terputus-putus dan membentuk gumpalan gas
disekitar matahari gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi
struktur pelengkap susunan alam semesta.
3.
Teori Ledakan
Teori ini
disebut dengan istilah Bang teori, bertitik tolah pada asumsi adanya suatu masa
yang sangat besar meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Masa itu
kemudian berserakan dan mengembangkan dengan sangat cepatnya menjauhi pusat
ledakan.
Gamo Alfhor dan
Herman mengatakan pada saat ledakan Maha dahsyat itu terjadi semua materi
terlempar ke seluruh jagat raya kesemua arah yang kemudian membentuk
bintang-bintang dan glaksi, karena tidak mungkin materi seluruh alam itu
berkumpul di suatu tempat dalam ruang tanpa gaya grafitasi yang sangat kuat.
Maka disimpulkan kemudian bahwa "Ledakan Besar" itu terjadi ketika
seluruh materi Cosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang
sangat tinggi, alam semesta lahir dari singolaritas fisis dengan keadaan
ekstern[4].
4.
Teori
Ekspansi Dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam
semesta, yaitu masa-ekspansi dan masa kontruksi yang diduga siklus tersebut
berlangsung dalam durasi 30.000 juta tahun. Dalam masa depang ekspansi kemudian
terbentuklah galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung oleh
adanya tenga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya
membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, galaksi dan
bintang-bintang yang terbentuk meredup dan unsur-unsur yang terbentuk menyusul
mengeluarkan tenaga berupa panas yang tinggi-tinggi.
Teori ini juga
dikemukakan oleh Edwin Hubble, dia menyatakan bahwa alam semesta memuai seperti
gelembung gas panas yang secara tiba-tiba melepas dari ruang hampa. Dia
melakukan sebuah percobaan melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929
bahwa disitu menunjukkan adanya pemuaian adanya alam semesta. Ini berarti alam
semesta merekspansi dan ekaspansi itu menurut Gamau melahirkan sekitar 100
miliyar galaksi yang masing-masing galaksi rata-rata memiliki 100 miliyar
bintang.
5.
Teori
Awan Debu
Pada tahun 1940
seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl Font Wisaiker mengembangkan suatu
teori yang dikenal dengan teori awan debu yang mengemukakan bahwa alam semesta
terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih 5000 juta tahun yang lalu,
salah satu gumpalan awan itu mengalami pemanpatan. Pada proses pemanpatan itu
partikel-partikel debu tertarik kebagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola
dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih bentuk cakram yang
tebal dibagian tengah dan tipis dibagian tepinya bagian tengah cakram gas itu
berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Partikel-partikel dibagian tengah
itu kemudian saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar bagian
inilah yang kemudian menjadi matahari sedangkan bagian luar berpusing sangat
cepat, sehingga terpecah menjadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Bagian
inilah yang kemudian membeku dan menjadi sturuktur alam semesta.
6.
Teori
Planetesimal
Pada tahun 1843
sampai 1928 seorang ahli biologi bernama Thomas C. Chamberlin dan Fores R.
Molton mengemukakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang berpapasan pada
jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadilah peristiwa pasang naik pada
permukaan matahari maupun bintang yang sebagian dari masa matahari itu tertari
kearah bintang.
Pada waktu
bintang menjauhi sebagian masa dari matahari itu jatuh kembali kepermukaan
matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi struktur alam
semesta.
Dewasa ini,
meluasnya alam semesta dikenal dengan istilah "The Expanding Universe"
seperti diketahui bahwa alam semesta yang penuh dengan gugusan bintang dan
galaksi tersebut berjualan tahun perjalanan cahaya dari bumi.
Edwin P. Hubble merumuskan bahwa
galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi juga bergerak menjauhi bumi,
sebelumnya penemuan tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan, tapi lam
kelamaan bisa diterima oleh banyak ilmuan. Menurut "The Expanding
Universe" alam semesta bersifat seperti balon atau gelombang karet
yang sedang ditiup ke segala arah dengan kecepatan luar biasa.
Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam
ini tidak dapat dibayangkan, yaitu kira-kira terdiri dari 10.000 milyar bintang
yang masing-masing masanya sekitar massa matahari. Dan kenyataan ini
menggusarkan para fisikawan pada umumnya karena penciptaan alam ini dari
ketiadannya memerlukan adanya yang maha pencipta.
Maka disinilah letak perbandingan konsepsi
fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.
A.
Keajaiban Air
Soal asal kehidupan di bumi tidak menimbulkan keraguan lagi,
dijelaskan melalui ayat diatas bahwa tiap-tiap benda hidup diciptakan dari air
sebagai bahan baku, atau tiap-tiap benda hidup berasal dari air. Kedua arti
tersebut diatas adalah sesuai dengan sais modern yang mengatakan bahwa kehidupan
itu berasal dari air, air itu adalah bahan pertama untuk membentuk sel hidup,
karna tanpa ada air maka tidak akan ada kehidupan.
Para pengarang
tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan
kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi
( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah
komponen terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada
setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan
bahwa air adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan
yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor
pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi
itu sendiri. Sedangkan fisiologi
menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi
dengan baik. Hilangnya
fungsi itu akan berarti kematian.
Sedangkan
dipandang dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat yang berbeda dan
berperan penting untuk perkembangan kehidupan yang membedakannya dari zat lain.
Air berperan sebagai senyawa organik bereaksi yang memungkinkan air untuk
membuat replikasi. Semua bentuk kehidupan yang diketahui tergantung pada air.
Air sangat penting baik sebagai pelarut di mana banyak zat terlarut tubuh larut
dan sebagai bagian penting dari banyak proses metabolisme dalam tubuh.
Metabolisme adalah jumlah total dari anabolisme dan katabolisme. Dalam
anabolisme, air akan dihapus dari molekul (melalui energi yang membutuhkan
reaksi kimia enzimatik) untuk tumbuh sebagai molekul yang lebih besar (misalnya
pati, trigliserida dan protein untuk penyimpanan bahan bakar ). Dalam katabolisme,
air digunakan untuk memutuskan ikatan untuk menghasilkan molekul yang lebih
kecil (misalnya glukosa, asam lemak dan asam amino yang akan digunakan untuk
bahan bakar untuk penggunaan energi atau tujuan lainnya).