Selasa, 26 November 2013

TAFSIR


PEMBAHASAN
A.    Asal Usul Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah dan Bantahan Terhadap Orang-Orang Kafir
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al Anbiya : 30)
1.  Penafsiran ma’na Al-Muskylat

a.      أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ, Hamzah pada lafadz أَوَلَمْ menunjukan lil inkari artinya
pertanyaan yang bermakna pengingkaran atau bantahan. و –nya diathofkan kepada ayat sebelumnya. Sedangkan maksud ar ru’yah adalah ma’na yang mendalam yang berarti : Hai orang-orang kafir! Apakah kalian tidak berfikir dan
tidak mengetahui...?
b.       كَانَتَا رَتْقًا, Imam Al Akhfasy berkata : Lafadz كَانَتَا menunjukan penggabungan
langit dan bumi sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir : 41
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “.
c.     فَفَتَقْنَاهُمَا , ya’ni terpisah suatu bagian dari bagian yang lain, lalu kami tinggikan langit dan menetapkan Bumi pada tempatnya.
d.     وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, ya’ni kita hidup dengan air yang Allah turunkan dari langit untuk menghidupkan segala sesuatu, termasuk hewan dan tumbuhan. Ma’nanya adalah air itu merupakan unsure penyebab hidupnya makhluk hidup. Dikatakan : yang dimaksud air adalah air mani. Mayoritas ahli tafsir berpendapat : “ Ini adalah hujjah bagi kaum musyrikin terhadap kekuasaan Allah dan keluasan ciptaan-Nya “.
e.      أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, untuk mengingkari mereka, karena mereka tidak beriman. Padahal telah ada ketetapan dari tanda-tanda tuhan mereka.

2.      Penafsiran ma’na Ijmaly

a.        أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Pada ayat ini Allah SWT menegaskan tentang kekuasaannya yang sempurna dan Maha Agung atas seluruh makhluknya. Allah menciptakan langit dan Bumi beserta segala isinya adalah dalil akan keberadaan wujudnya. Ia menyatakan pertanyaan yang berma’na pengingkaran sebagai bantahan kepada siapa saja yang tidak mengakui eksistensi dirinya. Nalar orang-orang kafir di gugah oleh ayat di atas dengan menyatakan : Dan apakah orang-orang kafir belum juga menyadari apa yang telah Kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak melihat , yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan mata bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.
b.       وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, Dan Kami jadikan dari air yang tercurah dari langit, yang terdapat di dalam bumi dan yang terpancar dalam bentuk sperma segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka buta sehingga mereka tidak juga beriman tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT? Atau belum juga percaya bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang terdapat di langit dan di bumi yang wajar dipertuhankan?[1]
Ada bebrapa pemahaman yang berbeda pada ayat ini dalam kacamata para ulama. Ada yang memahami bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumipun tidak ditumbuhi oleh pepohonan; kemudian Allah membelah langit dan  bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh tumbuhan di bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa langit dan bumi merupakan suatu yang utuh tidak terpisah, sehingga  kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan mendiamkan bumi tetap dibawah lalu dipisahkan keduanya dengan udara. Dan terkait masalah Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air pandangan ulama: mengatakan segala yang hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air.
Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan telah menjadi perdebatan panjang yang bermuara pada adanya perdebadan interpretasi etimologis terhadap terma-terma yang digunakan oleh al-Quran. Misalnya, apakah penciptaan alam semesta didahului oleh adanya ruang dan waktu ataukah tidak. karena ini berimplikasi kepada premis tentang keazalian dan keabadian alam semesta.
Ibnu Rusyd misalnya, memandang realitas itu ada tiga macam. Pertama realitas yang adanya dari tiada dan tidak disebabkan oleh apaapun atau tidak didahului oleh ruang dan waktu. Realitas ini disebut dengan realitas azali yang dalam istilah agama disimbulkan sebagai tuhan (Allah) yang transenden dalam semua aspeknya. Kedua, realitas yang adanya dari sesuatu (misalnya bahan materi) karena sebab tertentu, serta didahului oleh ruang dan waktu. Realitas ini adalah semua benda yang ada di alam semesta ini, termasuk empat elemen bumi yakni, air, api, tanah dan udara (al-ustuqsat al-arba’ah). Ketiga, realitas yang adanya dari tiada namun adanya karena sebab dan tidak didahului oleh ruang dan waktu. Realitas ini adalah alam sebagai bahan terciptanya benda-benda didalamya. Karena adanya tidak didahului oleh ruang dan waktu, maka ia azali dan abadi seperti yang menyebabkan adanya. Hanya realitas ini dibawah tingkatan realitas pertama sebagai sebab pertama, yakni Allah yang maha tinggi.[2]
B.     Asal Usul Alam Semesta Dalam Pandangan Ilmuan
 Dalam ayat yang telah disebutkan di atas juga dipahami oleh sebagian ilmuwan sebagai salah satu mukjizat al-Qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan dalam surat al-Anbiya’ ayat 30 dengan istilah ratqan, lalu gumpalan itu terpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Demikian juga dengan penelusuran terhadap beberapa kitab-kitab tafsir, para mufassir juga menghubungkan ayat-ayat tersebut dengan peristiwa penciptaan alam meskipun penjelasannya kurang begitu memadai. Untuk lebih memperjelas tentang proses penciptaan alam ada baiknya merujuk pada teori-teori atau penemuan-penemuan ilmuwan pada abad modern (abad XX). Adapun teori-teori tersebut adalah:
1.    Teori Kabut
Teori ini disebut istilah Nibualar teori yang bertitik tolak dari adanya suatu kumpulan kabut yang berputar perlahan-lahan, bagian kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi kumpulan gas yang kemudian menjadi struktur alam semesta ini.
Ferre Simon De Lap Lace, mengatakan bahwa alam semesta berasal dari kabut panas berpilin, karena pilinannya itu gumpalan kabut membentuk bentulan bulat seperti bola yang besar dimana makain kecil bola itu makin cepat pilinannya akibatnya bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar pada bagian equatornya, bahkan kemudian sebagian masa gas di equatornya itu menjauhi dari gumpalan Intinya sehingga membentuk struktur alam semesta[3].
2.     Teori Pasang Surut
Jeans dan Jeffri melukiskan bahwa terjadinya alam semesta merupakan masa matahari yang lepas membentuk bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang akibatnya bintang makin menjauhi masa, masa tersebut terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar matahari gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi struktur pelengkap susunan alam semesta.
3.   Teori Ledakan
Teori ini disebut dengan istilah Bang teori, bertitik tolah pada asumsi adanya suatu masa yang sangat besar meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Masa itu kemudian berserakan dan mengembangkan dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Gamo Alfhor dan Herman mengatakan pada saat ledakan Maha dahsyat itu terjadi semua materi terlempar ke seluruh jagat raya kesemua arah yang kemudian membentuk bintang-bintang dan glaksi, karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul di suatu tempat dalam ruang tanpa gaya grafitasi yang sangat kuat. Maka disimpulkan kemudian bahwa "Ledakan Besar" itu terjadi ketika seluruh materi Cosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi, alam semesta lahir dari singolaritas fisis dengan keadaan ekstern[4].
4.    Teori Ekspansi Dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu masa-ekspansi dan masa kontruksi yang diduga siklus tersebut berlangsung dalam durasi 30.000 juta tahun. Dalam masa depang ekspansi kemudian terbentuklah galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung oleh adanya tenga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup dan unsur-unsur yang terbentuk menyusul mengeluarkan tenaga berupa panas yang tinggi-tinggi.
Teori ini juga dikemukakan oleh Edwin Hubble, dia menyatakan bahwa alam semesta memuai seperti gelembung gas panas yang secara tiba-tiba melepas dari ruang hampa. Dia melakukan sebuah percobaan melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 bahwa disitu menunjukkan adanya pemuaian adanya alam semesta. Ini berarti alam semesta merekspansi dan ekaspansi itu menurut Gamau melahirkan sekitar 100 miliyar galaksi yang masing-masing galaksi rata-rata memiliki 100 miliyar bintang.
5.     Teori Awan Debu
Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl Font Wisaiker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan teori awan debu yang mengemukakan bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih 5000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemanpatan. Pada proses pemanpatan itu partikel-partikel debu tertarik kebagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan tipis dibagian tepinya bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian tepinya. Partikel-partikel dibagian tengah itu kemudian saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar bagian inilah yang kemudian menjadi matahari sedangkan bagian luar berpusing sangat cepat, sehingga terpecah menjadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi sturuktur alam semesta.
6.     Teori Planetesimal
Pada tahun 1843 sampai 1928 seorang ahli biologi bernama Thomas C. Chamberlin dan Fores R. Molton mengemukakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang yang sebagian dari masa matahari itu tertari kearah bintang.
Pada waktu bintang menjauhi sebagian masa dari matahari itu jatuh kembali kepermukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi struktur alam semesta.   
Dewasa ini, meluasnya alam semesta dikenal dengan istilah "The Expanding Universe" seperti diketahui bahwa alam semesta yang penuh dengan gugusan bintang dan galaksi tersebut berjualan tahun perjalanan cahaya dari bumi.
Edwin P. Hubble merumuskan bahwa galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi juga bergerak menjauhi bumi, sebelumnya penemuan tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan, tapi lam kelamaan bisa diterima oleh banyak ilmuan. Menurut "The Expanding Universe" alam semesta bersifat seperti balon atau gelombang karet yang sedang ditiup ke segala arah dengan kecepatan luar biasa.
Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam ini tidak dapat dibayangkan, yaitu kira-kira terdiri dari 10.000 milyar bintang yang masing-masing masanya sekitar massa matahari. Dan kenyataan ini menggusarkan para fisikawan pada umumnya karena penciptaan alam ini dari ketiadannya memerlukan adanya yang maha pencipta.
Maka disinilah letak perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.

A.    Keajaiban Air
Soal asal kehidupan di bumi tidak menimbulkan keraguan lagi, dijelaskan melalui ayat diatas bahwa tiap-tiap benda hidup diciptakan dari air sebagai bahan baku, atau tiap-tiap benda hidup berasal dari air. Kedua arti tersebut diatas adalah sesuai dengan sais modern yang mengatakan bahwa kehidupan itu berasal dari air, air itu adalah bahan pertama untuk membentuk sel hidup, karna tanpa ada air maka tidak akan ada kehidupan.
Para pengarang tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.
Sedangkan dipandang dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat yang berbeda dan berperan penting untuk perkembangan kehidupan yang membedakannya dari zat lain. Air berperan sebagai senyawa organik bereaksi yang memungkinkan air untuk membuat replikasi. Semua bentuk kehidupan yang diketahui tergantung pada air. Air sangat penting baik sebagai pelarut di mana banyak zat terlarut tubuh larut dan sebagai bagian penting dari banyak proses metabolisme dalam tubuh. Metabolisme adalah jumlah total dari anabolisme dan katabolisme. Dalam anabolisme, air akan dihapus dari molekul (melalui energi yang membutuhkan reaksi kimia enzimatik) untuk tumbuh sebagai molekul yang lebih besar (misalnya pati, trigliserida dan protein untuk penyimpanan bahan bakar ). Dalam katabolisme, air digunakan untuk memutuskan ikatan untuk menghasilkan molekul yang lebih kecil (misalnya glukosa, asam lemak dan asam amino yang akan digunakan untuk bahan bakar untuk penggunaan energi atau tujuan lainnya).



Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar