PROPOSAL
RISET
MISTERI
DIBALIK MITOS SAWANAN
( Study Tentang Penangkal Bala`
Bagi Ibu Hamil di Desa Tempur, Donorojo Jepara )
Disusun oleh: Kholifatus saadah
NIM:
3201121
A. Latar Belakang
Masalah
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, kebudayaan
merupakan salah satu unsur yang tidak akan pernah terlepas dari lingkungan
mereka. Kebudayaan berasal dari kata dasar budaya yang mendapat imbuhan ke-an. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak serta luas[1].
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka.
Seiring dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
jasmani dan rohani, mereka membentuk
suatu komunitas-komunitas kecil yang disebut dengan suku. Setiap suku bangsa yang
ada diseluruh dunia ini memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara
budaya yang satu dengan budaya yang lain. Keberagaman budayapun semakin beragam
warna, termasuk yang ada di Indonesia.
Keberagaman budaya yang ada di indonesia dilandasi
oleh toleransi hidup yang tinggi. Indonesia juga memiliki semboyan Bhineka
Tunggal Ika[2]
yang berarti berbeda-beda namun tetap satu jua. Budaya yang terdapat
dalam
suatu daerah beraneka ragam dan bervariasi. Hal tersebut disebabkan karena
sifat budaya itu sendiri, yaitu bersifat turun temurun dari generasi ke
generasi. Budaya yang sudah diyakini sejak dulu, dijadikan ritual yang terus
menerus dan bersifat kontinyu yang dilakukan oleh setiap generasi.
Berbagai macam ritual yang berkembang tersebut
kemudian diyakini sebagai suatu adat atau upacara tradisional yang merupakan
salah satu pranata sosial religius yang diperlukan masyarakat sebagai usaha
untuk memenuhi komunikasi dengan kekuatan magis atau roh leluhur. Menurut J.
Van Baal seorang Antropolog dari Belanda, komunikasi dengan dunia gaib tidak
bisa dilaksanakan dengan alat komunikasi berupa bahasa sehari-hari tetapi
dengan simbol-simbol yang dianggap dengan kegaiban[3].
Namun dalam kenyataanya sekarang ini, ritual
tersebut dipercayai sebagai suatu mitos, yaitu pengetahuan-pengetahuan baru
yang bermunculan dan merupakan gabungan antara pengalaman dan kepercayaan[4]. Kepercayaan terhadap mitos ini tidak akan pernah surut dan akan
terus diwariskan kepada generasi-generasi mereka.
Dalam
penelitian kali ini, peneliti akan meneliti tentang mitos sawanan yang ada
didesa tempur, donorojo jepara. Sebelumya telah kita ketahui bahwa mitos
merupakan gabungan antara pengalaman dan kepercayaan terhadap makhluk gaib.
Sedangkan sawanan sendiri berasal dari kata dasar sawan yang
berakhiran an. Sawanan disini diartikan sebagai berbagai penyakit yang (biasanya datang denagn tiba-tiba,
menyebabkan kejang, kencing mulut, dsb);[5]
ada juga yang mengartikan bahwa sawan
merupakan penyakit yang ditandai dengan mendadak jatuh pingsan karna darah
masuk ke otak. Sedangkan menurut ibu Sutinah, salah satu warga setempat
mengatakan bahwa sawanan merupakan sebuah benda penyelamat yang dapat melindungi
ibu hamil dari gangguan makhluk dari halus[6].
Mitos
sawanan ini dipercayai oleh masyarakat desa tempur sebagai suatu tradisi yang
memang harus dipegang teguh oleh seorang ibu yang sedang hamil, dimana mereka
harus memakai sawanan kemanapun mereka bepergian. Sawanan yang dimaksud disini
adalah sejenis benda penagkal bala’ yang
terbuat dari daun dringo dan blengke ( istilah desa tempur )[7]
yang ditumbuk secara halus, kemudian dibungkus dengan menggunakan kain kecil
yang sudah dijahit dengan diberi gunting kecil, lalu disematkan pada baju yang
dipakai oleh sang ibu dengan menggunakan peniti. Sawanan disini bertujuan agar
ibu sekaligus bayi yang dikandungnya selamat dan terhidar dari berbagai
gangguan makhluk halus. Masyarakat setempat sangat mempercayai ritual tersebut
dikarenakan ada beberapa kasus yang menurut mereka adalah sebuah bukti yang
menerangkan bahwasanya jika tidak memakai sawanan, maka ibu hamil tersebut akan
terkena gangguan makhluk halus.
Kasus yang
pertama yaitu dialami oleh ibu Painah (36) th. Dia mengaku pernah terkena
gangguan sebangsa makhluk gaib pada kehamilanya yang ke-3. Menurut penuturan
dia, ketika sedang pergi kerumah salah satu tetangganya, tiba-tiba badanya
terserang panas dan tak lama kemudian jatuh pingsan. Setelah tersadar dia teringat
bahwa ketika bepergian lupa memakai sawanan. setelah kejadian tersebut, dia
sangat meyakini bahwa sawanan memang dapat memberikan keselamatan bagi dirinya
dan buah hatinya dari gangguan makhluk gaib.
Kasus yang
kedua juga terjadi pada ibu Murtini (32) th. Dia pernah mengalami gangguan perut terasa mual
dan sakit piggang yang dahsyat. Kejadian ini bermula ketika dia tidak memakai
sawanan dirumah. Beliau mengaku sakit pinggang yang dialaminya seperti tidak
wajar, seperti ada seseorang yang memukuli pinggangnya. Sesaat kemudian dia teringat
bahwa dirinya belum memakai sawanan. lalu dia mengambil sawanan tersebut dan
langsung memakainya. Secara sepontan tiba-tiba rasa sakit yang dialaminya itu
hilang secara perlahan. Mulai sejak itu juga dia makin percaya bahwa sawanan
memang terbukti dapat melindungi ibu hamil.
Berdasarkan
pemikiran-pemikiran tersebut diatas, maka peneliti ingin mengkaji secara
mendalam mengenai mitos sawanan yang ada didesa tempur donorojo jepara.
[1]
Munandar,
Sulaiman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung, PT Refika Aditama, 2005, Hlm 7
[2] Kata “Bhinneka Tunggal Ika”
adalah berasal dari bahasa sansakarta yang memiliki arti berbeda-beda namun
tetap dalam satu tujuan. perbedaan ini banyak terdapat dalam berbagai aspek,
diantaranya meliputi aspek kepercayaan, kebudayaan, sudut pandang pola pikir,
aspek status sosial, kehidupan politik dan lain-lain. Lambang ini adalah
merupakan senboyan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan
pancasila ( Lima Sila yaitu: pertama,
Ketuhanan yang Maha Esa. Kedua,
Kemanusiaan yang adil dan beradap. Ketiga,
Persatuan Indonesia. Keempat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Keima,
Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia ) dan Undang-undang Dasar 1945.
[4] Abu Ahmadi, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, Hlm 17
[5] Depertemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2001, Hlm 1004
[6] Hasil wawancara dari ibu Sutinah
(warga Desa Tempur) yang dilakukan pada tanggal 2-11-2012, pada pukul 09.30 WIB,
yang mengatakan bahwa: “sawanan merupakan sebuah benda yang dipercaya sebagai
penyelamat ibu yang sedang hamil”. Menurutnya tradisi seperti ini sudah lama
dipegang dan dipercayai sejak lama sebelum dia dilahirkan. Tradisi ini
diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
[7]Sejenis tanaman apotik hidup yang
berwarna hijau dan hanya mempunyai daun berbentuk memanjang tanpa memiliki
ranting dan bakal buah. Tanaman ini dapat dengan mudah kita jumpai
didaerah-daerah lembab dan basah, atau biasanya ditanam dibelakang rumah dan
berkhasiat sebagai obat-obatan. Tanaman dringo dan blengke selain dipercaya
sebagai obat-obatan, juga dipercaya sebagai tanaman pengusir makhluk halus yang
dikhawatirkan dapat menganggu keselamatan ibu dan buah hatinya. Menurut warga
setempat, Tanaman dringo melambangkan kedamaian dan kenyamanan, sedangkan
tanaman bengkle melambangkan keselamatan. Adapun kain yang digunakan untuk
membungkus dringo dan blengke melambangkan kasih sayang sang ibu kepada buah
hatinya dan gunting kecil yang disematkan pada baju sang ibu melambangkan
keterikatan batin yang sangat dekat antara ibu dan buah hatinya.