Rabu, 11 Desember 2013

PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL RISET
MISTERI DIBALIK MITOS SAWANAN
( Study Tentang Penangkal Bala` Bagi Ibu Hamil di Desa Tempur, Donorojo Jepara )
Disusun oleh: Kholifatus saadah
NIM: 3201121


A.    Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, kebudayaan merupakan salah satu unsur yang tidak akan pernah terlepas dari lingkungan mereka. Kebudayaan berasal dari kata dasar budaya yang mendapat imbuhan ke-an. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak serta luas[1]. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Seiring dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani,  mereka membentuk suatu komunitas-komunitas kecil yang disebut dengan suku. Setiap suku bangsa yang ada diseluruh dunia ini memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Keberagaman budayapun semakin beragam warna, termasuk yang ada di Indonesia.
Keberagaman budaya yang ada di indonesia dilandasi oleh toleransi hidup yang tinggi. Indonesia juga memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika[2] yang berarti berbeda-beda namun tetap satu jua. Budaya yang terdapat
dalam suatu daerah beraneka ragam dan bervariasi. Hal tersebut disebabkan karena sifat budaya itu sendiri, yaitu bersifat turun temurun dari generasi ke generasi. Budaya yang sudah diyakini sejak dulu, dijadikan ritual yang terus menerus dan bersifat kontinyu yang dilakukan oleh setiap generasi.
Berbagai macam ritual yang berkembang tersebut kemudian diyakini sebagai suatu adat atau upacara tradisional yang merupakan salah satu pranata sosial religius yang diperlukan masyarakat sebagai usaha untuk memenuhi komunikasi dengan kekuatan magis atau roh leluhur. Menurut J. Van Baal seorang Antropolog dari Belanda, komunikasi dengan dunia gaib tidak bisa dilaksanakan dengan alat komunikasi berupa bahasa sehari-hari tetapi dengan simbol-simbol yang dianggap dengan kegaiban[3].
Namun dalam kenyataanya sekarang ini, ritual tersebut dipercayai sebagai suatu mitos, yaitu pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan antara pengalaman dan kepercayaan[4]. Kepercayaan terhadap mitos ini tidak akan pernah surut dan akan terus diwariskan kepada generasi-generasi mereka.
Dalam penelitian kali ini, peneliti akan meneliti tentang mitos sawanan yang ada didesa tempur, donorojo jepara. Sebelumya telah kita ketahui bahwa mitos merupakan gabungan antara pengalaman dan kepercayaan terhadap makhluk gaib. Sedangkan sawanan  sendiri berasal dari kata dasar sawan yang berakhiran an. Sawanan disini diartikan sebagai berbagai  penyakit yang (biasanya datang denagn tiba-tiba, menyebabkan kejang, kencing mulut, dsb);[5]  ada juga yang mengartikan bahwa sawan merupakan penyakit yang ditandai dengan mendadak jatuh pingsan karna darah masuk ke otak. Sedangkan menurut ibu Sutinah, salah satu warga setempat mengatakan bahwa sawanan merupakan sebuah benda penyelamat yang dapat melindungi ibu hamil dari gangguan makhluk dari halus[6].
Mitos sawanan ini dipercayai oleh masyarakat desa tempur sebagai suatu tradisi yang memang harus dipegang teguh oleh seorang ibu yang sedang hamil, dimana mereka harus memakai sawanan kemanapun mereka bepergian. Sawanan yang dimaksud disini adalah  sejenis benda penagkal bala’ yang terbuat dari daun dringo dan blengke ( istilah desa tempur )[7] yang ditumbuk secara halus, kemudian dibungkus dengan menggunakan kain kecil yang sudah dijahit dengan diberi gunting kecil, lalu disematkan pada baju yang dipakai oleh sang ibu dengan menggunakan peniti. Sawanan disini bertujuan agar ibu sekaligus bayi yang dikandungnya selamat dan terhidar dari berbagai gangguan makhluk halus. Masyarakat setempat sangat mempercayai ritual tersebut dikarenakan ada beberapa kasus yang menurut mereka adalah sebuah bukti yang menerangkan bahwasanya jika tidak memakai sawanan, maka ibu hamil tersebut akan terkena gangguan makhluk halus.
Kasus yang pertama yaitu dialami oleh ibu Painah (36) th. Dia mengaku pernah terkena gangguan sebangsa makhluk gaib pada kehamilanya yang ke-3. Menurut penuturan dia, ketika sedang pergi kerumah salah satu tetangganya, tiba-tiba badanya terserang panas dan tak lama kemudian jatuh pingsan. Setelah tersadar dia teringat bahwa ketika bepergian lupa memakai sawanan. setelah kejadian tersebut, dia sangat meyakini bahwa sawanan memang dapat memberikan keselamatan bagi dirinya dan buah hatinya dari gangguan makhluk gaib.
Kasus yang kedua juga terjadi pada ibu Murtini (32) th. Dia  pernah mengalami gangguan perut terasa mual dan sakit piggang yang dahsyat. Kejadian ini bermula ketika dia tidak memakai sawanan dirumah. Beliau mengaku sakit pinggang yang dialaminya seperti tidak wajar, seperti ada seseorang yang memukuli pinggangnya. Sesaat kemudian dia teringat bahwa dirinya belum memakai sawanan. lalu dia mengambil sawanan tersebut dan langsung memakainya. Secara sepontan tiba-tiba rasa sakit yang dialaminya itu hilang secara perlahan. Mulai sejak itu juga dia makin percaya bahwa sawanan memang terbukti dapat melindungi ibu hamil.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut diatas, maka peneliti ingin mengkaji secara mendalam mengenai mitos sawanan yang ada didesa tempur donorojo jepara.


[1] Munandar, Sulaiman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung, PT Refika Aditama, 2005, Hlm 7
[2] Kata “Bhinneka Tunggal Ika” adalah berasal dari bahasa sansakarta yang memiliki arti berbeda-beda namun tetap dalam satu tujuan. perbedaan ini banyak terdapat dalam berbagai aspek, diantaranya meliputi aspek kepercayaan, kebudayaan, sudut pandang pola pikir, aspek status sosial, kehidupan politik dan lain-lain. Lambang ini adalah merupakan senboyan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pancasila ( Lima Sila yaitu: pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradap. Ketiga, Persatuan Indonesia. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Keima, Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia ) dan Undang-undang Dasar 1945.
[3] Herusatoto, Budiono, Simbolisme Dalam Budaya Jawa,Yoyakarta, Hanindita, 2001, Hlm 27
[4] Abu Ahmadi, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, Hlm 17
[5] Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2001, Hlm 1004
[6] Hasil wawancara dari ibu Sutinah (warga Desa Tempur) yang dilakukan pada tanggal 2-11-2012, pada pukul 09.30 WIB, yang mengatakan bahwa: “sawanan merupakan sebuah benda yang dipercaya sebagai penyelamat ibu yang sedang hamil”. Menurutnya tradisi seperti ini sudah lama dipegang dan dipercayai sejak lama sebelum dia dilahirkan. Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
[7]Sejenis tanaman apotik hidup yang berwarna hijau dan hanya mempunyai daun berbentuk memanjang tanpa memiliki ranting dan bakal buah. Tanaman ini dapat dengan mudah kita jumpai didaerah-daerah lembab dan basah, atau biasanya ditanam dibelakang rumah dan berkhasiat sebagai obat-obatan. Tanaman dringo dan blengke selain dipercaya sebagai obat-obatan, juga dipercaya sebagai tanaman pengusir makhluk halus yang dikhawatirkan dapat menganggu keselamatan ibu dan buah hatinya. Menurut warga setempat, Tanaman dringo melambangkan kedamaian dan kenyamanan, sedangkan tanaman bengkle melambangkan keselamatan. Adapun kain yang digunakan untuk membungkus dringo dan blengke melambangkan kasih sayang sang ibu kepada buah hatinya dan gunting kecil yang disematkan pada baju sang ibu melambangkan keterikatan batin yang sangat dekat antara ibu dan buah hatinya.  

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar